
Mengenal Storming: Fase Penting dalam Proses Pembentukan Tim yang Sering Dilupakan
Saat kita bekerja dalam tim, perjalanan menuju kerja sama yang solid tidak selalu mulus dan penuh senyum. Ada kalanya terjadi ketegangan, perbedaan pendapat, bahkan konflik kecil yang membuat suasana jadi kurang nyaman. Tahap inilah yang dalam teori pengembangan tim disebut dengan storming.
Apa Itu Storming?
Storming merupakan fase kedua dalam model pembentukan tim yang diperkenalkan oleh Bruce Tuckman pada tahun 1965. Model ini biasanya terdiri dari empat tahap, yaitu:
- Forming (Pembentukan)
- Storming (Konflik dan Perbedaan)
- Norming (Pembentukan Aturan dan Kesepakatan)
- Performing (Kerja Sama Efektif)
Di fase storming, anggota tim mulai menunjukkan siapa mereka sebenarnya, mengungkapkan ide dan perasaan mereka, serta berusaha mencari posisi dalam kelompok. Tidak jarang perbedaan pandangan dan ketidaksepahaman muncul di sini. Ini adalah fase yang penuh dinamika dan sering dianggap sebagai “badai” dalam perjalanan tim.
Mengapa Storming Itu Penting?
Meskipun terdengar negatif, storming sebenarnya adalah fase yang sangat krusial untuk keberhasilan tim. Kenapa?
- Mendorong Keterbukaan
Dalam fase ini, anggota tim belajar mengungkapkan pendapat dan keberatan mereka secara jujur. Ini penting agar tidak ada masalah tersembunyi yang nantinya bisa meledak di kemudian hari. - Mengenali Perbedaan
Setiap anggota tim tentu memiliki latar belakang, karakter, dan cara kerja yang berbeda. Storming membantu mereka saling mengenal lebih dalam dan memahami perbedaan tersebut. - Membangun Kekuatan Tim
Dengan melewati perbedaan dan konflik, tim akan menemukan aturan main yang cocok dan cara kerja yang efektif, membentuk fondasi yang kuat untuk kerja sama selanjutnya. - Meningkatkan Kreativitas dan Inovasi
Perbedaan pendapat bisa menjadi sumber ide baru jika dikelola dengan baik. Fase storming membuka ruang untuk diskusi kritis dan inovasi.
Ciri-ciri Tim yang Sedang Mengalami Storming
Beberapa tanda umum yang menandakan tim sedang dalam fase storming antara lain:
- Sering Terjadi Perdebatan
Diskusi menjadi panas dan terkadang berujung pada konflik kecil. - Munculnya Ketidakpuasan
Ada anggota yang merasa pendapatnya tidak dihargai atau tidak cocok dengan cara kerja tim. - Komunikasi Terhambat
Suasana menjadi tegang, sehingga komunikasi tidak mengalir dengan lancar. - Pembentukan Grup atau “Sekelompok Kecil”
Anggota tim cenderung berkelompok berdasarkan kesamaan pendapat, yang kadang memunculkan perpecahan.
Bagaimana Cara Menghadapi Storming?
Agar fase storming tidak menjadi penghambat, penting bagi tim maupun pemimpin untuk mengetahui cara menghadapi dan mengelolanya dengan baik:
- Fasilitasi Komunikasi Terbuka
Berikan kesempatan bagi semua anggota untuk berbicara dan didengar tanpa interupsi. Jangan biarkan pendapat penting terabaikan. - Jaga Fokus pada Tujuan Bersama
Ingatkan tim tentang visi dan tujuan yang ingin dicapai bersama, bukan sekadar ego individu. - Dorong Penyelesaian Konflik Secara Positif
Ajarkan anggota untuk melihat konflik sebagai kesempatan belajar dan bukan ajang saling menjatuhkan. - Buat Aturan dan Kesepakatan Tim
Setelah diskusi, buat kesepakatan tentang cara kerja dan aturan yang disetujui bersama untuk menghindari konflik yang sama berulang. - Kembangkan Sikap Empati dan Sabar
Ingatkan anggota untuk saling menghargai perbedaan dan memahami sudut pandang masing-masing. - Pemimpin Sebagai Mediator
Pemimpin tim harus mampu menjadi penengah yang adil, membantu menyelesaikan masalah tanpa memihak.
Dampak Positif Jika Storming Bisa Dilewati
Ketika fase storming berhasil dilalui dengan baik, tim akan masuk ke tahap norming dan performing di mana mereka bekerja lebih harmonis dan produktif. Dampak positifnya antara lain:
- Kerja Sama yang Kuat
Tim jadi lebih solid dan kompak karena telah melewati masa-masa sulit bersama. - Produktivitas Meningkat
Dengan aturan dan komunikasi yang jelas, pekerjaan bisa berjalan lebih efisien. - Kreativitas Meningkat
Anggota tim lebih berani menyampaikan ide dan berinovasi. - Kepuasan Kerja Bertambah
Suasana kerja yang positif membuat anggota merasa dihargai dan termotivasi.
Studi Kasus Sederhana
Misalnya, dalam sebuah proyek pengembangan aplikasi, tim awalnya penuh semangat (forming), tapi ketika mulai membahas fitur yang harus dibuat, muncul perbedaan pendapat tentang prioritas. Beberapa anggota ingin fokus pada fitur utama, sedangkan yang lain ingin menambahkan fitur tambahan dulu.
Diskusi memanas, bahkan ada yang merasa pendapatnya diabaikan. Ini adalah storming. Namun, dengan pemimpin yang bijak, mereka duduk bersama, mendengarkan masing-masing, dan membuat kesepakatan untuk memprioritaskan fitur utama terlebih dahulu. Setelah itu, tim jadi lebih kompak dan proyek berjalan lancar.
Kesimpulan
Storming adalah fase yang wajar dan penting dalam setiap perjalanan kerja tim. Meski terasa menantang dan kadang bikin stres, justru dari fase ini tim belajar bagaimana cara berkomunikasi, menyelesaikan konflik, dan membangun kerja sama yang solid.
Jadi, jangan takut menghadapi storming. Justru hadapi dan kelola dengan bijak agar tim kamu bisa tumbuh kuat dan mencapai hasil terbaik bersama-sama!
Referensi
Ardiana, R. (2023). Implementasi Media Berbasis TIK untuk Pembelajaran Anak Usia Dini. Murhum Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(1), 103–111. https://doi.org/10.37985/murhum.v4i1.117